Diblokir Massa dan Militer: Fakta-Fakta Gagalnya Penangkapan Yoon Suk Yeol

Jakarta – Upaya Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) Korea Selatan untuk menangkap Presiden yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, menemui kegagalan pada Jumat (3/1/2025). Yoon saat ini berada dalam penyelidikan terkait tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan yang memicu deklarasi darurat militer pada 3 Desember 2024 lalu.

Blokade Massa dan Militer
Ribuan pendukung Yoon memadati area sekitar kediamannya, membuat akses tim penyidik CIO terhambat. Selain itu, barikade tentara yang bertugas menjaga keamanan memperkuat penghalang bagi tim investigasi.

Dilaporkan, lebih dari 2.700 personel keamanan dan ratusan kendaraan dikerahkan untuk menjaga lokasi tersebut. Walaupun tim CIO berhasil menembus kerumunan, mereka hanya dapat bertemu dengan tim hukum Yoon, tanpa ada kepastian keberadaan sang mantan presiden di dalam rumah.

Keamanan Jadi Alasan Penundaan Penangkapan
Dalam pernyataan resminya, CIO mengungkapkan bahwa situasi di lokasi terlalu berisiko untuk melanjutkan penangkapan.

“Kami memutuskan untuk menangguhkan eksekusi surat perintah penahanan karena kekhawatiran terhadap keselamatan personel akibat perlawanan di lokasi,” ungkap perwakilan CIO.

Meski begitu, lembaga tersebut menegaskan bahwa mereka akan mencoba kembali menangkap Yoon pada 6 Januari 2025.

Protes dan Seruan Dukungan untuk AS
Pendukung Yoon yang berkumpul di lokasi tidak hanya membawa bendera Korea Selatan, tetapi juga bendera Amerika Serikat. Mereka berharap dukungan internasional, khususnya dari AS, untuk membantu Yoon.

Seorang pendukung, Ahn Young Mi (60), mengatakan bahwa bendera AS dan Korea Selatan melambangkan aliansi erat kedua negara. “Saya berharap Amerika, atau bahkan [mantan Presiden AS] Donald Trump, akan datang membantu Yoon Suk Yeol,” ujar Ahn, dikutip dari Korea Herald.

Beberapa pengunjuk rasa bahkan meneriakkan pujian untuk Trump, berharap intervensi dari pihak AS dapat membantu situasi Yoon.

Penyesalan atas Sikap Tidak Kooperatif
CIO juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap Yoon yang dianggap tidak kooperatif selama proses hukum. Mantan presiden tersebut sebelumnya mangkir dari tiga panggilan untuk investigasi.

“Kami sangat menyesalkan tindakan tersangka yang tidak mematuhi prosedur hukum yang berlaku,” ujar pernyataan resmi lembaga itu.

Dengan situasi yang semakin memanas, langkah berikutnya dari CIO dan dampak politik dari peristiwa ini akan menjadi sorotan utama dalam beberapa hari mendatang.