Kuburan Massal Ditemukan di Damaskus, Ungkap Kekejaman Rezim Assad yang Mengguncang Dunia
Di luar ibu kota Suriah, Damaskus, ditemukan sebuah kuburan massal yang kemungkinan besar berisi jenazah ribuan orang. Penemuan ini mengungkapkan kekejaman yang diduga dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad terhadap musuh politiknya selama bertahun-tahun. Pemerintah sementara yang baru berkuasa di Suriah berkomitmen untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam tindakan kejam di bawah kepemimpinan Assad yang digulingkan.
Lokasi kuburan massal ini ditemukan di al-Qutayfah, sekitar 40 kilometer dari pusat Damaskus, yang menjadi tempat tersembunyinya salah satu kuburan massal terbesar. Al-Qutayfah bukan satu-satunya tempat yang menyimpan bukti kekejaman ini. Di Suriah selatan, dua belas kuburan massal lainnya juga ditemukan. Satu kuburan mengungkapkan mayat-mayat yang menunjukkan tanda-tanda eksekusi dan penyiksaan, termasuk wanita dan anak-anak.
Keluarga al-Assad, yang memerintah Suriah selama lebih dari lima dekade, telah lama dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan massal dan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan di luar hukum yang dilakukan di penjara-penjara negara yang terkenal sangat kejam. Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad, mendahului pemerintahan anaknya sebagai presiden hingga tahun 2000, dan selama masa kekuasaannya, ribuan orang diduga hilang atau dibunuh secara brutal.
Ugur Umit Ungor, seorang profesor studi genosida di Universitas Amsterdam, menyebut penemuan kuburan massal di al-Qutayfah sebagai cerminan dari mesin pembunuh yang dikelola oleh rezim Assad. “Skala sesungguhnya dari kuburan massal ini hanya dapat diketahui jika kita bisa mengakses arsip rezim Assad,” katanya. Ungor juga menekankan pentingnya menangani kuburan-kuburan ini dengan hati-hati dan profesional, agar jenazah yang ditemukan bisa dicocokkan dengan identitas melalui penyimpanan DNA, memberikan harapan bagi keluarga yang kehilangan orang tercinta.
Pemerintah sementara Suriah yang kini berkuasa berjanji untuk mengejar mereka yang terlibat dalam kekejaman ini. Ahmed al-Sharaa, pemimpin tertinggi pemerintahan transisi, menegaskan bahwa mereka yang terlibat dalam kejahatan terhadap rakyat Suriah, atau yang membantu rezim Assad, akan diadili. “Kami tidak akan membiarkan kekejaman ini dilupakan dan akan terus berusaha memberikan keadilan bagi rakyat Suriah,” katanya.
Sementara itu, Human Rights Watch baru-baru ini mengunjungi kawasan Tadamon di Damaskus selatan, tempat yang juga menyimpan bukti eksekusi brutal. Organisasi hak asasi manusia ini mendesak pemerintah transisi Suriah untuk menjaga bukti fisik yang ditemukan di seluruh negeri dan meminta dukungan internasional untuk membantu mendokumentasikan kejahatan-kejahatan rezim sebelumnya.
Dalam perkembangan terbaru, Bashar al-Assad, yang melarikan diri ke Rusia setelah digulingkan, mengecam pemerintah baru Suriah sebagai “teroris.” Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh al-Sharaa, kini berupaya meredakan ketakutan di kalangan minoritas dan masyarakat Suriah dengan menjamin perlindungan serta keamanan bagi semua pihak, sambil mengupayakan transisi politik yang damai.
Penemuan kuburan massal ini bukan hanya membuka luka lama yang selama ini tersembunyi, tetapi juga menjadi simbol dari banyaknya kehidupan yang hilang selama bertahun-tahun konflik di Suriah. Kini, rakyat Suriah berharap bahwa keadilan dapat ditegakkan, dan mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman ini dapat dimintai pertanggungjawaban.