Mengenal 1MDB, Skandal Korupsi Malaysia yang Mengguncang Global
Skandal mega-korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) kembali mencuri perhatian. Kasus ini kini dikaitkan dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), lembaga investasi baru yang diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (24/2).
Sebagai lembaga investasi negara, Danantara dibentuk untuk mengelola dana dari sumber daya alam dan aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sementara itu, 1MDB, yang didirikan Malaysia pada 2009 di bawah pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak, memiliki tujuan serupa, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi di sektor strategis seperti energi, properti, dan infrastruktur.
Najib sendiri memegang kendali penuh atas 1MDB dan mengawasi langsung jalannya operasional lembaga tersebut. Pada awalnya, lembaga ini berhasil mengumpulkan miliaran dolar melalui penerbitan obligasi untuk proyek investasi. Namun, skandal besar mulai terkuak pada 2015, mengungkap dugaan penyalahgunaan dana lebih dari USD 4,5 miliar (sekitar Rp70 triliun) yang melibatkan para pejabat tinggi, termasuk Najib Razak.
1MDB: Salah Satu Skandal Keuangan Terbesar di Dunia
Kasus 1MDB menjadi salah satu skandal keuangan terbesar di dunia, sebanding dengan kasus korupsi Odebrecht di Amerika Latin yang melibatkan suap miliaran dolar, serta skandal Zhenhua di China pada 1990-an yang melibatkan pencucian uang senilai USD 30 miliar.
Skandal ini pertama kali mencuat ke publik setelah harian Wall Street Journal (WSJ) pada Agustus 2015 mengungkap bahwa USD 700 juta dari dana 1MDB mengalir ke rekening pribadi Najib Razak. Investigasi lebih lanjut oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) menemukan bahwa dana 1MDB telah dialihkan ke berbagai rekening di negara-negara bebas pajak dan perusahaan cangkang dengan bantuan pejabat tinggi 1MDB serta sejumlah bankir.
Salah satu tokoh kunci dalam skandal ini adalah Low Taek Jho (Jho Low), pakar keuangan Malaysia yang memiliki peran besar dalam pengelolaan 1MDB. Sejak Juli 2016, AS mulai mengambil tindakan hukum untuk menyita aset yang terkait dengan skandal ini dengan total nilai mencapai USD 1,7 miliar.
Keterlibatan Najib Razak dan Gaya Hidup Mewah Jho Low
Investigasi DOJ menemukan bahwa dana yang dikorupsi digunakan untuk berbagai keperluan mewah. Riza Aziz, putra tiri Najib Razak yang juga merupakan teman dekat Jho Low, disebut menggunakan dana 1MDB untuk mendanai produksi film Hollywood seperti “The Wolf of Wall Street” dan “Dumb and Dumber To” melalui perusahaan Red Granite. Perusahaan tersebut akhirnya sepakat membayar USD 60 juta untuk menyelesaikan kasus ini di luar jalur hukum.
Tak hanya itu, uang hasil korupsi juga diduga digunakan untuk membeli:
- Lukisan Monet senilai USD 35 juta
- Lukisan van Gogh senilai USD 5,5 juta
- Jet pribadi Bombardier senilai USD 35 juta
- Saham di EMI Music Publishing senilai USD 100 juta
- Kapal pesiar Equanimity senilai USD 250 juta
Selain itu, sejumlah besar dana dibelanjakan untuk perhiasan mewah bagi istri seorang pejabat yang dalam berkas hukum AS disebut sebagai “Malaysian Official 1″—yang kemudian terkonfirmasi sebagai Najib Razak.
Meski bukti-bukti semakin kuat, Najib dan Riza terus membantah keterlibatan mereka. Pemerintah Malaysia pada saat itu bahkan mengklaim bahwa uang di rekening Najib merupakan donasi dari keluarga kerajaan Arab Saudi.
Dampak Internasional: AS, Singapura, dan Swiss Ikut Menyelidiki
Investigasi skandal 1MDB tidak hanya dilakukan di Malaysia, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Singapura, dan Swiss.
- Singapura menutup cabang Bank Swiss BSI dan Bank Falcon pada 2016 karena dianggap gagal mengawasi pencucian uang terkait 1MDB. Sejumlah bankir juga didakwa, dan jutaan dolar dalam rekening bank dibekukan.
- Swiss melalui lembaga pengawas keuangan FINMA menyita USD 110 juta yang diperoleh secara ilegal dari transaksi terkait 1MDB.
- Indonesia dan AS turut serta dalam penyitaan aset, termasuk kapal pesiar mewah Equanimity yang dibeli dengan dana hasil korupsi.
Najib Razak Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara
Skandal 1MDB kembali mencuat setelah Najib Razak kalah dalam pemilu 2018 dari Mahathir Mohamad. Setelah kembali menjabat sebagai Perdana Menteri, Mahathir bersumpah untuk mengusut tuntas kasus ini.
Polisi Malaysia menyita aset senilai USD 273 juta dari properti Najib, termasuk uang tunai, perhiasan, serta koleksi tas mewah Hermes Birkin.
Pada 2019, Najib menghadapi 42 dakwaan korupsi, pencucian uang, dan penyalahgunaan kekuasaan. Akhirnya, pada Juli 2020, ia dijatuhi hukuman 12 tahun penjara dan denda RM 210 juta dalam kasus yang berkaitan dengan anak perusahaan 1MDB, SRC International.
Mahkamah Federal Malaysia menolak banding Najib pada Agustus 2022, menjadikannya mantan Perdana Menteri pertama Malaysia yang dipenjara karena korupsi.
Pelajaran dari Skandal 1MDB
Kasus 1MDB menjadi pengingat tentang bagaimana korupsi dalam skala besar dapat merusak kepercayaan publik, menggerogoti ekonomi negara, dan membawa konsekuensi hukum bagi pelaku utama.
Dengan adanya Danantara yang baru dibentuk di Indonesia, banyak pihak berharap agar lembaga ini dapat dikelola dengan transparansi dan akuntabilitas tinggi, agar tidak mengulang kisah tragis 1MDB di Malaysia.
Mampukah Indonesia menjaga kredibilitas investasi negara dan menghindari skandal serupa? Hanya waktu yang akan menjawab.