Bantuan Terhenti! AS Hentikan Dana untuk Pasukan Palestina

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan penghentian dukungan finansial untuk pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA), sebagai bagian dari kebijakan pemangkasan bantuan internasional yang lebih besar. Keputusan ini terjadi di tengah tantangan besar yang dihadapi PA dalam menjaga stabilitas di Tepi Barat dan mempersiapkan kemungkinan peran mereka dalam mengelola Jalur Gaza di masa depan.

Menurut laporan Washington Post, pemotongan dana ini dilakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan tersebut semakin memperberat upaya PA dalam mempertahankan keamanan di wilayahnya, terutama saat ketegangan di Tepi Barat terus meningkat.

AS Setop Bantuan, Negara Donor Lain Berupaya Menutup Kekurangan

Juru bicara pasukan keamanan PA, Brigadir Jenderal Anwar Rajab, mengungkapkan bahwa AS sebelumnya merupakan donor utama dalam program pelatihan pasukan keamanan Palestina. Meskipun pendanaan ini dihentikan, seorang mantan pejabat Israel mengatakan bahwa kantor Koordinator Keamanan AS di Yerusalem masih tetap beroperasi. Selain itu, beberapa negara donor lainnya disebut telah berkomitmen untuk mengisi kekosongan anggaran akibat keputusan AS.

Namun, dampak dari kebijakan ini tetap terasa. Seorang pejabat pelatihan keamanan PA mengungkapkan bahwa beberapa program pelatihan telah dibatalkan. Bahkan, pertemuan yang sebelumnya dijadwalkan antara pejabat PA dan AS mengenai operasi keamanan di Jenin akhirnya harus ditunda.

Krisis Ekonomi Palestina Memburuk

Selain pemangkasan dana keamanan, Otoritas Palestina juga mengalami kesulitan dalam membayar gaji pegawai negeri secara penuh sejak November 2021. Situasi ini diperburuk oleh ketergantungan ekonomi Palestina terhadap Israel. Hampir seluruh impor dan ekspor Palestina masih diken dalikan oleh Israel, yang selama berbulan-bulan menahan bea cukai yang dikumpulkan atas nama pemerintah Palestina.

Aksi Militer Israel di Tepi Barat, Ratusan Warga Palestina Terbunuh

Ketegangan di Tepi Barat yang diduduki semakin meningkat setelah Israel melancarkan operasi militer di wilayah utara sejak 21 Januari 2025. Operasi ini terjadi hanya dua hari setelah gencatan senjata diumumkan di Gaza.

Menurut pejabat Palestina, aksi militer ini telah menyebabkan lebih dari 55 warga Palestina tewas, serta ribuan lainnya terpaksa mengungsi. Data dari Kementerian Kesehatan Palestina mencatat bahwa sejak serangan di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, setidaknya 917 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 7.000 lainnya terluka akibat serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal di Tepi Barat.

Situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan di wilayah Palestina masih jauh dari mereda. Dengan dihentikannya dukungan keamanan dari AS dan meningkatnya operasi militer Israel, masa depan stabilitas di Tepi Barat dan Gaza masih menjadi tanda tanya besar.