AS Usir Duta Besar Afrika Selatan di Tengah Memanasnya Hubungan Diplomatik
Pemerintah Amerika Serikat pada Senin (17/3) mengumumkan bahwa Duta Besar Afrika Selatan untuk AS, Ebrahim Rasool, harus meninggalkan negara itu paling lambat Jumat (21/3). Keputusan ini diambil setelah Menteri Luar Negeri Marco Rubio menetapkannya sebagai persona non grata. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, mengonfirmasi batas waktu tersebut dalam konferensi pers, menyatakan bahwa pejabat senior AS telah menyampaikan pemberitahuan resmi kepada staf Kedutaan Afrika Selatan dalam pertemuan langsung.
Pengusiran ini terjadi setelah Rasool dalam sebuah seminar kebijakan luar negeri menuduh Presiden AS Donald Trump telah “memobilisasi supremasi terhadap petahana” baik secara domestik maupun internasional. Rubio mengumumkan keputusan ini melalui platform X, mengutip artikel dari media sayap kanan Breitbart yang menyoroti pernyataan Rasool. Rubio juga menyebutnya sebagai “politisi pemecah-belah berbasis ras” dan menegaskan bahwa AS tidak perlu berdiskusi lebih lanjut dengannya.
Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Pretoria. Sebelumnya, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memangkas bantuan AS untuk Afrika Selatan dengan alasan kebijakan perampasan tanah, gugatan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), serta hubungan Pretoria yang semakin dekat dengan Iran.
Situasi ini semakin diperburuk dengan kritik dari Elon Musk, yang kini memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) AS. Musk menuduh pemerintah Afrika Selatan menerapkan kebijakan kepemilikan yang “secara terbuka bersifat rasis” dan menempatkan warga kulit putih sebagai korban diskriminasi. Dengan keputusan ini, hubungan diplomatik antara kedua negara tampaknya akan semakin tegang dalam waktu dekat.