Trump Yakin! Putin Tak Akan Ingkar Janji Jika Perang Ukraina Usai

Presiden Donald Trump pada Kamis (27/2) menyatakan bahwa pembicaraan untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina sedang berlangsung dengan hasil yang positif. Ia juga meyakini bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak akan melanjutkan agresinya jika kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai.

“Saya rasa dia akan menepati janjinya,” ujar Trump, merujuk pada Putin.

Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Gedung Putih. Dalam pertemuan tersebut, Starmer diharapkan menekankan pentingnya peran kepemimpinan Amerika Serikat dalam menjaga stabilitas di Ukraina, terutama karena perang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.

Kekhawatiran Eropa atas Kebijakan Trump terhadap Rusia

Lawatan Starmer ke Washington terjadi hanya beberapa hari setelah kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang juga mengutarakan kekhawatiran serupa. Negara-negara Eropa semakin waspada terhadap kebijakan Trump, yang dinilai lebih condong untuk mencapai perdamaian dengan Rusia tanpa mempertimbangkan kepentingan Ukraina dan sekutu lainnya.

Kecurigaan terhadap kedekatan Trump dengan Rusia bukanlah hal baru. Trump sebelumnya pernah menyebut bahwa tuduhan keterlibatan Rusia dalam pemilu AS 2016 hanyalah “hoaks”. Investigasi yang dilakukan oleh Penasihat Khusus Robert Mueller menemukan bahwa meskipun tim kampanye Trump mendapat keuntungan dari bantuan Rusia—terutama melalui bocornya email Partai Demokrat—tidak ada cukup bukti untuk membuktikan adanya kolusi langsung.

Keputusan pemerintahan Trump pekan lalu untuk melangsungkan pembicaraan dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina atau sekutu Eropa lainnya semakin memperburuk hubungan transatlantik. Lebih lanjut, AS juga menolak menandatangani resolusi PBB yang mengecam Rusia atas invasi ke Ukraina, yang memicu reaksi keras dari para pemimpin Eropa.

Kesepakatan Kontroversial antara AS dan Ukraina

Di tengah ketidakpastian mengenai kebijakan luar negeri AS, Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Jumat (28/2). Pertemuan ini diperkirakan akan menghasilkan kesepakatan ekonomi kontroversial, di mana AS akan mendapatkan akses terhadap mineral penting Ukraina yang digunakan dalam industri kedirgantaraan, pertahanan, dan nuklir. Sebagai gantinya, Ukraina akan mendapatkan kompensasi untuk senjata yang telah dikirim AS guna melawan invasi Rusia.

Namun, kesepakatan ini tidak menyertakan jaminan keamanan khusus bagi Ukraina. Satu-satunya pernyataan terkait keamanan dalam dokumen tersebut menyebutkan bahwa “Pemerintah Amerika Serikat mendukung upaya Ukraina untuk memperoleh jaminan keamanan yang diperlukan guna membangun perdamaian yang langgeng.”

Sikap Zelenskyy terhadap kesepakatan ini masih penuh ketidakpuasan, terutama karena tidak adanya komitmen konkret dari AS untuk memberikan perlindungan militer terhadap Ukraina.

Di sisi lain, Trump menegaskan bahwa fokus utamanya adalah membangun perekonomian dengan mengekstraksi mineral-mineral berharga dari Ukraina, yang menurutnya dapat menjadi faktor yang membuat Rusia berpikir dua kali sebelum kembali menyerang.

Masa Depan Perang Ukraina di Bawah Kepemimpinan Trump

Dengan kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dibandingkan jaminan keamanan bagi Ukraina, sikap Trump terus menjadi sorotan di panggung internasional. Para pemimpin Eropa kini menghadapi dilema besar—apakah mereka dapat mengandalkan Amerika Serikat sebagai sekutu utama dalam konflik ini, atau harus mencari jalan lain untuk mempertahankan stabilitas di kawasan mereka.

Apakah pendekatan Trump ini akan membawa perdamaian atau justru semakin memperumit situasi geopolitik global? Jawabannya masih menjadi tanda tanya besar. 🌍⚖️