Tragedi Jatuhnya Pesawat Militer di Sudan: 20 Orang Tewas, Termasuk Seorang Jenderal

Sebuah pesawat angkut militer mengalami kecelakaan di kawasan permukiman yang terletak di pinggiran ibu kota Khartoum, Sudan, pada Selasa (25/2) malam waktu setempat, mengakibatkan puluhan korban jiwa.

Pesawat tersebut jatuh tidak lama setelah lepas landas dari bandara militer Wadi Seidna, yang berlokasi di utara Omdurman.

Berdasarkan laporan Reuters, jumlah korban tewas melebihi 20 orang, sementara tim penyelamat masih berusaha mencari kemungkinan korban lainnya di lokasi kejadian.

Menurut sumber yang dikutip Reuters, kecelakaan ini diduga disebabkan oleh kendala teknis, meskipun penyelidikan resmi mengenai penyebab pasti insiden ini masih berlangsung.

Salah satu korban tewas dalam insiden ini adalah Mayor Jenderal Bahr Ahmed, seorang perwira tinggi militer Sudan.

Kementerian Kesehatan, dalam pernyataan yang dikutip AFP, menyebutkan bahwa tim penyelamat masih melakukan pencarian terhadap korban yang mungkin tertimbun di bawah reruntuhan.

Militer Sudan, yang sejak April 2023 berkonflik dengan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), menyatakan bahwa selain personel militer, terdapat pula korban dari kalangan warga sipil dalam kecelakaan ini. Namun, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait jumlahnya.

Sejumlah korban luka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat, sementara petugas pemadam kebakaran berhasil mengendalikan kobaran api di lokasi jatuhnya pesawat.

Warga yang tinggal di wilayah utara Omdurman mengaku mendengar suara ledakan keras akibat kecelakaan tersebut, yang juga menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah serta pemadaman listrik di sebagian wilayah sekitar.

Komite Perlawanan Karari, kelompok sukarelawan yang aktif dalam upaya bantuan kemanusiaan di Sudan, melaporkan bahwa 10 jenazah serta beberapa korban luka telah dibawa ke Rumah Sakit al-Nao di Omdurman.

Kecelakaan ini terjadi hanya sehari setelah kelompok RSF mengklaim bertanggung jawab atas penembakan jatuh sebuah pesawat buatan Rusia jenis Ilyushin di Nyala, ibu kota Darfur Selatan.

Pada hari Senin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan potensi meningkatnya eskalasi konflik setelah RSF dan kelompok sekutunya menyatakan rencana untuk membentuk pemerintahan tandingan di wilayah yang berada dalam kendali mereka.

PBB mencatat bahwa akibat konflik yang berkepanjangan ini, lebih dari 12 juta orang telah mengungsi, menjadikannya salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.