Terjebak di Gunung Beku, Pendaki Ini Bertahan Hidup Selama 10 Hari
Seorang remaja asal China, Sun Liang (18), mengalami pengalaman mengerikan setelah nyaris kehilangan nyawanya dalam sebuah pendakian solo di jalur ekstrem Ao-Tai. Jalur yang terletak di Pegunungan Ao dan Taibai ini terkenal sebagai salah satu yang paling berbahaya di China, dan telah ditutup sejak 2018 setelah banyaknya kecelakaan yang merenggut nyawa pendaki. Namun, hal tersebut tidak menghentikan Liang, yang ingin membuktikan dirinya sebagai pendaki berkemampuan tinggi.
Liang, yang berasal dari Hubei, memulai pendakian pada 8 Februari 2025, meski tahu betul bahwa jalur Ao-Tai adalah rute yang penuh tantangan. Rencananya adalah menyelesaikan jarak 80 kilometer dalam waktu dua minggu. Ia membawa perlengkapan pendakian yang lengkap, senilai 40.000 yuan (sekitar Rp 90 juta), termasuk penghangat dan peralatan darurat. Namun, cuaca di gunung berubah drastis, membuat perjalanan Liang jauh lebih sulit dari yang dibayangkan.
“Cuaca di sini sangat ekstrem. Satu puncak mungkin cerah, tapi puncak berikutnya tiba-tiba diselimuti salju, badai mengamuk, dan jarak pandang menjadi sangat terbatas,” ujar Liang, mengungkapkan betapa cepatnya kondisi berubah di jalur tersebut.
Tantangan semakin berat ketika powerbank yang dibawa Liang tidak berfungsi akibat suhu beku, memaksanya untuk mengandalkan naluri dan peta navigasi yang telah diunduh sebelumnya. Pada hari kelima pendakian, Liang terjatuh dari ketinggian dan pingsan semalaman. Saat sadar, ia mendapati persediaan makanan dan alat navigasinya hilang serta pergelangan tangannya patah. Meski demikian, ia tetap bertahan, mengandalkan air sungai dan salju yang mencair untuk bertahan hidup.
Keputusannya untuk tidak mengonsumsi jamur atau lumut liar membuatnya harus menghadapi kelaparan ekstrem. Ia bahkan terpaksa mengonsumsi pasta gigi sebagai satu-satunya sumber gula yang tersedia, meskipun itu membuatnya merasa mual. Satu-satunya hal yang mengingatkannya pada kehidupan adalah bau asap api yang ia temui pada hari ke-10, yang akhirnya membawa tim penyelamat untuk menemukan dan menyelamatkannya.
Liang berhasil diselamatkan setelah sepuluh hari dalam kondisi sangat lemah. Keluarganya, yang telah kehilangan kontak dengannya sejak hari kedua, akhirnya bisa bernapas lega. Proses evakuasi memerlukan dana sebesar 80.000 yuan (sekitar Rp 180 juta), yang dikeluarkan oleh keluarga Liang untuk memastikan keselamatannya.
Pengalaman ini memberikan pelajaran besar bagi Liang. “Saya merasa sangat takut dan bersalah, terutama setelah melihat ibu saya menangis. Saya tidak bisa menaklukkan gunung, tapi gununglah yang melepaskan saya,” katanya. Pengalaman ekstrem ini mengajarkan Liang tentang kerendahan hati dan pentingnya menghargai alam serta keselamatan dalam setiap petualangan.