Skandal Besar: AS Tuduh Warga Korut Susupi Perusahaan Washington untuk Curi Data Rahasia

Amerika Serikat Ungkap Penyusupan Korea Utara di Perusahaan Teknologi AS

Jakarta — Amerika Serikat mengungkap bahwa Korea Utara telah menyusupkan warganya ke perusahaan-perusahaan di AS untuk mencuri informasi rahasia. Informasi tersebut diduga digunakan untuk pemerasan, dengan hasil yang digunakan untuk mendanai program persenjataan Pyongyang.

Modus Operandi dan Dampaknya

Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa sekitar 130 pekerja asal Korea Utara bekerja di perusahaan teknologi informasi (IT) dan nirlaba AS dari 2017 hingga 2023. Mereka dilaporkan telah menghasilkan sekitar $88 juta (sekitar Rp1,4 triliun) yang digunakan oleh Korea Utara untuk membiayai senjata pemusnah massal.

Investigasi dan Sanksi

Kemlu AS sedang mengumpulkan informasi dari dua perusahaan Korea Utara yang telah dijatuhi sanksi, yaitu Yanbian Silverstar Network Technology dan Volasys Silverstar. Perusahaan-perusahaan ini berbasis di China dan Rusia dan dikatakan mengelola para pekerja tersebut.

Secara terpisah, Kementerian Kehakiman AS mengumumkan dakwaan terhadap 14 warga Korea Utara yang dituduh bekerja di perusahaan-perusahaan AS dengan identitas palsu. Para pekerja ini diduga beroperasi dari luar AS untuk mencuri informasi sensitif perusahaan, termasuk kode sumber komputer, dan mengancam akan membocorkannya kecuali perusahaan membayar tebusan.

Tindakan Hukum dan Ancaman Keamanan

Ke-14 terdakwa kini menghadapi sejumlah tuduhan, termasuk penipuan daring, pencucian uang, dan pencurian identitas. “Untuk mendukung rezimnya yang brutal, pemerintah Korea Utara mengarahkan pekerja IT untuk mendapatkan pekerjaan melalui penipuan, mencuri informasi sensitif dari perusahaan-perusahaan AS, dan menyedot uang kembali ke Korut,” kata Wakil Jaksa Agung AS Lisa Monaco dalam sebuah pernyataan.

Reaksi dan Langkah Lanjutan

Sebagian besar terdakwa diyakini berada di Korea Utara. Oleh sebab itu, Kementerian Luar Negeri AS menawarkan hadiah sebesar $5 juta (sekitar Rp80 miliar) bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi mengenai para tersangka.

Seorang pembelot Korea Utara yang ahli di bidang IT pernah mengaku kepada Reuters pada November 2023 bahwa di Korea Utara, ia akan mencoba untuk mendapatkan pekerjaan dan membuat profil media sosial palsu untuk mendapatkan lebih banyak pekerjaan.

Kesimpulan

Penemuan ini menambah ketegangan antara AS dan Korea Utara, yang selama ini telah memiliki hubungan yang kompleks dan sering tegang. Langkah AS dalam mengungkap dan mengambil tindakan terhadap penyusupan ini menunjukkan tekad kuat dalam menjaga keamanan informasi dan mencegah penyalahgunaan oleh pihak asing.

Kasus ini juga menjadi pengingat akan pentingnya keamanan siber dan kewaspadaan terhadap ancaman dari negara-negara yang memiliki kepentingan strategis tertentu. Bagi perusahaan-perusahaan teknologi di AS, peningkatan keamanan dan pengawasan terhadap pekerja asing mungkin menjadi prioritas utama untuk mencegah insiden serupa di masa depan.