Serangan Rudal Rusia Hantam Odesa, 4 Orang Tewas dan Kapal Kargo Rusak

Serangan rudal balistik dari Rusia menghantam kota pelabuhan Odesa di Ukraina bagian selatan, mengakibatkan sedikitnya empat orang tewas. Sebuah kapal kargo berbendera Barbados juga mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.

Serangan ini terjadi pada Selasa (11/3) tengah malam, saat pemerintah Kyiv menyatakan dukungannya terhadap usulan Amerika Serikat untuk gencatan senjata selama 30 hari serta menyatakan kesediaannya untuk berunding dengan Rusia.

Pejabat Ukraina melaporkan bahwa serangan rudal terjadi saat kapal kargo tersebut sedang memuat pasokan gandum yang rencananya akan dikirim ke Aljazair.

“Sayangnya, empat korban meninggal dunia, semuanya warga negara Suriah. Korban termuda berusia 18 tahun, sedangkan yang tertua berusia 24 tahun. Selain itu, dua orang mengalami luka-luka, yaitu seorang warga Ukraina dan seorang warga Suriah,” ungkap Wakil Perdana Menteri untuk Rekonstruksi, Oleksiy Kuleba, dalam pernyataan via media sosial.

Selain itu, Gubernur wilayah Dnipropetrovsk melaporkan bahwa seorang wanita berusia 47 tahun tewas akibat serangan rudal Rusia yang menghantam pusat kota Kryvyi Rig, kota kelahiran Presiden Volodymyr Zelensky.

Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Rusia meluncurkan total tiga rudal ke wilayah mereka dalam semalam, serta mengirimkan 133 drone dari berbagai jenis, termasuk drone tempur Shahed buatan Iran. Pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh 98 drone di antaranya.

Sebelumnya, Presiden Zelensky menyatakan dukungannya terhadap usulan gencatan senjata dari AS dan meminta Washington untuk mendorong Rusia agar turut menyetujui langkah tersebut.

Proposal gencatan senjata ini dibahas dalam pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Ukraina di Arab Saudi pada Selasa (11/3), yang berlangsung selama delapan jam.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menyebutkan bahwa diskusi berfokus pada detail substantif terkait bagaimana perang ini dapat berakhir secara permanen, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

Waltz juga mengungkapkan bahwa Presiden Donald Trump telah menyetujui pencabutan penangguhan bantuan militer AS yang bernilai miliaran dolar dan akan melanjutkan kembali kerja sama intelijen dengan Ukraina.