Proposal AS Soal Konflik Ukraina, Begini Reaksi Rusia

Konflik di Ukraina, yang telah berlangsung selama tiga tahun, diprediksi tidak akan selesai dalam waktu 100 hari kecuali Amerika Serikat (AS) mengambil langkah yang lebih realistis. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, dalam sebuah pernyataan terbaru. Pernyataan ini muncul di tengah sinyal dari Moskow dan Washington yang menunjukkan kesiapan untuk memulai dialog guna menyelesaikan konflik.

Trump Bertekad Menyelesaikan Konflik

Presiden AS Donald Trump, yang baru saja memulai masa jabatan keduanya, dilaporkan telah menugaskan utusan khususnya untuk Rusia dan Ukraina, Keith Kellogg, untuk menyelesaikan konflik dalam waktu 100 hari. Dalam beberapa pidato kampanye sebelumnya, Trump bahkan mengklaim bahwa ia mampu mengakhiri pertempuran hanya dalam waktu 24 jam jika terpilih kembali.

Namun, Trump tampaknya merevisi targetnya menjadi enam bulan. Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Kamis (23/1/2025), ia menyatakan kesiapannya untuk segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna merundingkan perdamaian.

Di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Trump juga mengungkapkan rencana meminta Arab Saudi dan OPEC menurunkan harga minyak dunia. Langkah ini diyakini dapat memotong pendapatan Rusia yang selama ini digunakan untuk mendukung operasi militer di Ukraina. Selain itu, dalam wawancara dengan Fox News, Trump mengancam akan menerapkan sanksi tambahan terhadap Rusia jika konflik tidak segera berakhir.

Respons Moskow: Pentingnya Pendekatan Realistis

Sergey Ryabkov menanggapi pernyataan Trump dengan menyebut bahwa keberhasilan dialog sangat bergantung pada pendekatan yang digunakan AS. “Jika dasar yang digunakan adalah sinyal-sinyal yang kami dengar dalam beberapa hari terakhir, maka itu tidak akan berhasil, baik dalam 100 hari maupun lebih lama,” ujar Ryabkov, seperti dikutip TASS.

Kremlin, melalui juru bicara Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Presiden Putin siap untuk berdialog dengan Trump. Namun, Moskow juga menekankan bahwa keberhasilan negosiasi membutuhkan komitmen nyata dari kedua belah pihak, termasuk penghentian dukungan militer Barat kepada Ukraina.

Kritik terhadap Keterlibatan Barat

Moskow terus menyuarakan kritik terhadap keterlibatan negara-negara Barat dalam konflik Ukraina. Bantuan militer yang diberikan kepada Kiev dianggap hanya memperpanjang konflik dan meningkatkan risiko bentrokan langsung antara Rusia dan NATO. Rusia juga menyalahkan Ukraina atas kegagalan perundingan damai, menuding Kiev tidak menunjukkan itikad baik untuk melanjutkan dialog.

Masa Depan Negosiasi

Meskipun Trump menunjukkan tekad untuk menyelesaikan konflik, masih ada banyak tantangan yang harus diatasi. Tanpa pendekatan yang realistis dan langkah konkret dari semua pihak, harapan untuk menghentikan pertempuran dalam waktu singkat tampaknya sulit tercapai. Apakah pertemuan antara Trump dan Putin akan menjadi langkah awal menuju perdamaian? Hanya waktu yang bisa menjawab.