Pemadaman Listrik di Gaza: Hamas Sebut Israel Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata
Israel telah memutus aliran listrik ke Jalur Gaza, sebuah tindakan yang dikutuk oleh Hamas sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata. Anggota biro politik Hamas, Izzat Al-Risheq, menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan bentuk hukuman kolektif yang tidak manusiawi, bertujuan untuk menekan warga Palestina serta kelompok perlawanan melalui kebijakan yang ia sebut sebagai pemerasan yang tidak dapat diterima.
Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Energi Israel, Eli Cohen, yang menegaskan bahwa pemutusan listrik bertujuan untuk memberikan tekanan kepada Hamas agar membebaskan sandera. Perusahaan listrik Israel mengonfirmasi bahwa pasokan listrik ke Gaza telah dihentikan sepenuhnya, setelah sebelumnya sempat dipulihkan untuk mendukung sistem pembuangan limbah di wilayah tersebut.
Selain pemutusan listrik, Israel juga melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret. Mereka memperingatkan akan terus menekan Hamas karena organisasi tersebut menolak perpanjangan gencatan senjata yang diusulkan oleh Amerika Serikat, serta belum memberikan kepastian terkait pembebasan sandera.
Gencatan senjata yang berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret sebelumnya memungkinkan pertukaran sandera dan tahanan antara kedua pihak. Hamas telah membebaskan 30 sandera yang masih hidup serta delapan jenazah, sementara Israel membebaskan sekitar 1.700 tahanan Palestina dan menarik pasukannya dari bagian dalam Gaza. Hingga saat ini, terdapat 59 sandera Israel yang masih berada di Gaza, dengan separuhnya telah dikonfirmasi meninggal dunia.