Militer Israel Boros untuk Perang Gaza, Anggaran Membengkak dan Ekonomi Tertekan

Perang antara Israel dan Hamas di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023 masih berlangsung setelah lebih dari 15 bulan. Meskipun sempat mereda akibat gencatan senjata sementara, serangan brutal Israel telah menyebabkan 61.805 warga Palestina tewas dan 111.633 lainnya terluka.

Israel terus mengalokasikan anggaran besar untuk operasional militer di Gaza. Pada 2024, total belanja pertahanan negara itu mencapai 117,5 miliar shekel (setara lebih dari Rp539 triliun). Untuk 2025, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan telah menyetujui anggaran pertahanan sebesar 117 miliar shekel, yang mencakup 6,5% dari PDB Israel. Jumlah ini meningkat 15 miliar shekel dari usulan awal Kementerian Keuangan.

Menurut Esteban Klor, profesor ekonomi di Universitas Ibrani Yerusalem, anggaran pertahanan Israel sebelumnya mengalami tren penurunan hingga menyentuh 4% dari PDB. Namun, perang yang berkepanjangan telah memaksa peningkatan pengeluaran militer hingga mencapai 7% dari PDB. Klor menegaskan bahwa kenaikan ini berisiko menekan sektor lain, mengorbankan investasi di bidang yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi.

Motti Besser, mantan kepala Divisi Anggaran Kementerian Pertahanan Israel, menyebutkan bahwa sebelum perang, pemerintah Israel menargetkan penurunan belanja pertahanan hingga 3% dari PDB. Namun, pasca serangan 7 Oktober, kebijakan ini berubah drastis, menjauhkan Israel dari target pengurangan belanja militer.

Meskipun anggaran militer Israel sudah sangat besar, negara itu masih menerima bantuan militer dari Amerika Serikat. Sejak pecahnya perang, AS telah mengalokasikan USD22,76 miliar untuk mendukung operasi militer Israel serta operasi Amerika di wilayah Timur Tengah. Dari jumlah tersebut, USD17,9 miliar telah disetujui khusus untuk mendukung agresi Israel di Gaza dan wilayah lain—angka tertinggi sejak AS mulai memberikan bantuan militer kepada Israel pada 1959.

Dukungan finansial AS ini masih terus bertambah, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters. Namun, di sisi lain, perang Gaza juga berdampak besar pada kondisi fiskal Israel. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengakui bahwa meskipun rasio utang terhadap PDB Israel relatif rendah sebelum perang, meningkatnya belanja militer dan kebutuhan sipil akibat konflik telah memperburuk defisit anggaran negara.

Pada 2024, defisit anggaran Israel melonjak menjadi 6,9%, level tertinggi sejak 2020 ketika pandemi Covid-19 menyebabkan defisit mencapai 11,6%. Pejabat keuangan Israel menekankan bahwa tren ini harus dikendalikan agar kondisi ekonomi negara dapat kembali stabil dalam waktu dekat.