Komandan AS Ungkap Barter Jet Tempur Rusia dengan Pasukan Korea Utara
WASHINGTON – Laksamana Samuel Paparo, komandan Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa Rusia diduga sedang mengirimkan jet tempur kepada Korea Utara sebagai imbalan atas dukungan militer yang diberikan Pyongyang kepada Moskow dalam konflik di Ukraina. Paparo menyatakan bahwa Korea Utara akan menerima pesawat MiG-29 dan Su-27 dari Rusia, sementara ribuan tentara Korea Utara telah dikerahkan ke garis depan di Kursk, Rusia, di mana pasukan Ukraina telah melakukan serangan balasan sejak Agustus lalu.
Meskipun para prajurit Korea Utara berada di zona pertempuran, Paparo mengatakan bahwa mereka belum terlibat langsung dalam pertempuran, sebuah klaim yang bertentangan dengan pernyataan terbaru dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Jet tempur MiG-29 dan Su-27 yang dikirim ke Korea Utara adalah pesawat era Soviet yang pertama kali diperkenalkan empat dekade lalu. Meskipun tidak termasuk dalam kategori platform modern, Paparo menegaskan bahwa pesawat-pesawat ini tetap menjadi aset berharga yang mampu memperkuat angkatan udara Korea Utara, yang sebagian besar armadanya dibeli dari Uni Soviet dan China.
Korea Selatan, sebagai rival utama Korea Utara, mengoperasikan pesawat tempur canggih seperti F-15, F-16, F-35, dan KAI T-50. Amerika Serikat dan sekutunya telah menyuarakan keprihatinan mereka bahwa hubungan militer yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara dapat menyebabkan transfer teknologi canggih yang bisa memperkuat program rudal balistik dan nuklir Pyongyang.
Bulan lalu, kepala pertahanan Korea Selatan menyatakan bahwa Rusia telah mengirimkan rudal pertahanan udara kepada Korea Utara sebagai imbalan atas dukungan militer dari Pyongyang. Selain itu, Seoul menuduh Pyongyang telah mengirimkan ribuan peti kemas berisi amunisi untuk mengisi kembali persediaan amunisi Rusia yang mulai menipis.
Di sisi lain, Ukraina saat ini mengoperasikan jet tempur F-16 tua yang dipasok oleh sekutu Eropa dan diharapkan akan menerima tambahan pesawat tersebut tahun depan. Prancis juga berjanji untuk mengirimkan Mirage 2000, jet tempur yang, seperti MiG-29 dan Su-27, mulai beroperasi sekitar 40 tahun lalu.
Aliansi yang semakin kuat antara Rusia dan Korea Utara telah memicu kekhawatiran di wilayah tersebut. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyebut kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia sebagai “eskalasi yang berbahaya dan tidak stabil.” Selama musim panas, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menandatangani perjanjian kerja sama militer yang signifikan. Kedua negara menekankan bahwa perjanjian tersebut hanya menjadi ancaman bagi negara-negara asing yang merencanakan serangan, dan mereka membantah adanya pasukan Korea Utara di medan pertempuran Rusia.