Israel Putus Pasokan Listrik ke Gaza, Langkah Tekanan terhadap Hamas?
Israel kembali mengambil langkah tegas dalam konflik dengan Hamas di Jalur Gaza. Kali ini, pemerintah Israel mengumumkan penghentian total pasokan listrik ke wilayah tersebut sebagai upaya menekan kelompok tersebut agar segera membebaskan seluruh sandera yang mereka tahan.
Keputusan ini diumumkan langsung oleh Menteri Energi Israel, Eli Cohen, yang menginstruksikan Israel Electric Corporation (IEC) untuk menghentikan pasokan listrik ke Gaza dengan segera.
“Kami akan menggunakan segala cara yang kami miliki agar semua sandera bisa kembali, dan kami akan memastikan Hamas tidak lagi berada di Gaza di masa depan,” ujar Cohen dalam pernyataan video yang dikutip dari Times of Israel, Senin (10/3).
Pemutusan Listrik, Dampak Besar bagi Gaza
Kementerian Energi Israel juga mengeluarkan surat edaran kepada IEC, meminta perusahaan tersebut untuk menghentikan penjualan listrik ke pembangkit listrik di Gaza. Namun, seorang pejabat Israel menyatakan bahwa keputusan ini tidak sedramatis yang diungkapkan Cohen.
Faktanya, pasokan listrik dari Israel ke Gaza sebenarnya sudah terhenti sejak 7 Oktober 2023. Kemudian, pada November 2023, Israel sempat mengumumkan pemulihan pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Deir el-Balah, Gaza tengah, yang menjadi sumber air bersih bagi lebih dari 600.000 warga Gaza. Kini, Israel kembali menghentikan listrik ke fasilitas tersebut, yang merupakan salah satu dari tiga pabrik pengolahan air laut di Gaza.
Akibatnya, krisis air bersih di Gaza diperkirakan akan semakin memburuk karena pabrik tersebut sebelumnya menyuplai sekitar 15 persen kebutuhan air bagi warga di wilayah tersebut.
Reaksi Internasional dan Kecaman dari Qatar
Keputusan Israel ini langsung menuai kecaman dari komunitas internasional, termasuk Qatar. Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam tindakan Israel, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.
“Masyarakat internasional harus segera bertindak untuk melindungi rakyat Palestina,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Qatar yang dikutip dari Al Jazeera.
Sejak serangan Israel ke Palestina berlangsung, berbagai organisasi hak asasi manusia menyoroti tindakan yang dianggap melanggar hukum internasional, termasuk serangan terhadap warga sipil, pengeboman fasilitas umum, serta blokade bantuan kemanusiaan yang memperparah krisis pangan dan kesehatan di Gaza.
Dampak Konflik yang Mengerikan
Agresi militer yang dilakukan Israel sejak Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 48.000 warga Palestina kehilangan nyawa, dengan ribuan rumah hancur dan jutaan orang mengalami krisis kemanusiaan.
Dengan pemutusan listrik terbaru ini, situasi di Gaza diprediksi akan semakin kritis, terutama dalam hal akses air bersih, layanan medis, serta distribusi bantuan kemanusiaan. Dunia kini menanti bagaimana komunitas internasional akan merespons langkah Israel ini dan apakah ada upaya nyata untuk menekan konflik agar segera berakhir.