Indonesia Diminta Terbuka pada Aspirasi Dagang Amerika Serikat

Indonesia dinilai perlu membuka diri terhadap aspirasi Amerika Serikat yang ingin memasarkan produk-produk unggulan mereka di dalam negeri dengan harga yang lebih kompetitif, terutama dalam konteks persaingan dagang global melawan produk-produk dari China. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah. Menurutnya, keterbukaan Indonesia dapat menjadi strategi cerdas untuk menarik investasi AS agar tetap berjalan sesuai dengan prinsip hukum nasional dan internasional.

Reza menjelaskan bahwa Amerika Serikat juga mengharapkan Indonesia bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menciptakan regulasi yang ramah terhadap pelaku usaha asing, termasuk perusahaan dari AS. Dalam konteks perdagangan dan penurunan tarif, lanjutnya, AS kemungkinan besar juga akan menyertakan permintaan pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) dalam skala besar, yang dapat difasilitasi melalui skema kredit ekspor serta jaminan bebas hambatan dari kebijakan pelarangan sebelumnya.

Ia mengingatkan bahwa dalam perundingan nanti, Indonesia perlu memastikan bahwa sektor-sektor padat karya tetap diberi peluang untuk masuk ke pasar AS tanpa hambatan. Lebih jauh, Reza menilai tidak bijak jika Indonesia membawa nama BRICS dalam negosiasi tarif dengan AS. Hal ini justru bisa menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara seperti China dan Rusia yang citranya kurang baik di mata birokrasi Washington.

Sebagai gantinya, Indonesia disarankan mengedepankan perannya sebagai pendiri berbagai organisasi kawasan seperti ASEAN, APEC, ARF, dan IORA, sekaligus menonjolkan komitmennya dalam memperjuangkan supremasi hukum internasional melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.