Indonesia dan China Bahas Tarif Impor dalam Pertemuan 2+2, Fokus pada Kerja Sama Bilateral

Dalam pertemuan tingkat menteri pertama (2+2) antara Indonesia dan China, dibahas isu tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap berbagai negara. Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, mengungkapkan bahwa Indonesia menghormati kedua negara besar tersebut dan berharap dapat memperkuat kerja sama dengan China, yang merupakan tetangga dekat Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya negosiasi antara China dan AS untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.

Sugiono menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah fokus pada program-program nasional, seperti ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri. Oleh karena itu, Indonesia berharap kebijakan tarif ini tidak mengganggu kerja sama global dan bisa menciptakan manfaat bagi semua negara di kawasan. Menurut Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, stabilitas hubungan antara AS dan China sangat dinantikan, mengingat dampak besar dari pengaruh kedua negara terhadap komunitas internasional.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan tarif AS yang dianggapnya sebagai tindakan yang merugikan banyak negara. Wang Yi menegaskan bahwa China siap bekerja sama dengan Indonesia dalam berbagai sektor, termasuk perdagangan dan kerja sama regional. Ia juga menyoroti pentingnya negosiasi yang didasari pada saling menghormati dan kesetaraan. Sementara itu, AS dikenakan tarif hingga 245 persen terhadap barang-barang China, sedangkan China telah mengumumkan tarif 125 persen atas barang-barang AS sejak April 2025.

Menko Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa produk Indonesia juga terpengaruh oleh kebijakan tarif AS, yang mengarah pada kenaikan tarif hingga 47 persen. Tarif ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara pesaing lainnya di ASEAN, dengan rincian tarif yang beragam antara 10 hingga 37 persen pada produk tekstil dan garmen.