Cedera Otak di Medan Perang: Tiga Tentara AS Jadi Korban Serangan di Suriah

Damaskus – Sedikitnya tiga tentara Amerika Serikat (AS) sedang menjalani pemeriksaan untuk cedera otak traumatis (TBI) setelah serangan di Suriah pekan ini. Washington menegaskan bahwa serangan terhadap pasukannya ini tidak terkait dengan konflik antara rezim Suriah dan kelompok pemberontak.

Sekretaris Pers Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, seperti dilansir Al Arabiya pada Jumat (6/12/2024), menyatakan bahwa ketiga prajurit AS tersebut dievakuasi karena kemungkinan mengalami TBI. Ryder menambahkan bahwa jumlah tentara yang terluka masih bisa bertambah, namun hingga saat ini, tidak ada laporan cedera lain.

Militer AS mengakui bahwa pasukannya melancarkan serangan pertahanan diri di Deir Ezzor, Suriah, pada Selasa (3/12). Washington mengklaim bahwa serangan tersebut menghancurkan beberapa sistem persenjataan di dekat Situs Dukungan Militer (MSS) Eufrat di Suriah.

Menurut militer AS, target serangan termasuk tiga peluncur roket, sebuah tank T-64, dan sejumlah mortir. Semua ini dianggap sebagai “ancaman yang jelas dan segera” terhadap pasukan AS dan koalisinya di Suriah.

Dalam pernyataan pada Kamis (5/12), Ryder menegaskan bahwa serangan-serangan terhadap pasukan AS di Suriah tidak terkait dengan bentrokan antara pasukan rezim Assad dan para petempur oposisi.

Media Al-Monitor melaporkan bahwa Dewan Militer Deir Ezzor berkoordinasi dengan militer AS dalam melancarkan operasi untuk mengusir pasukan pro-pemerintah Suriah. Al-Monitor, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa Pasukan Demokratik Suriah (SDF) mendapat bantuan dari militer selama operasinya.

Ryder menjelaskan bahwa situasi di Suriah sangat dinamis, dan ancaman terhadap pasukan AS terus dievaluasi. “Kami terus berkoordinasi dengan mitra kami di lapangan untuk memastikan keamanan pasukan dan mendukung upaya stabilisasi di wilayah tersebut,” ujarnya.

Dengan adanya serangan ini, Pentagon menegaskan komitmennya untuk melindungi pasukan AS dan koalisi dari ancaman yang ada. “Kami akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertahankan diri dan mitra kami di Suriah,” tegas Ryder.

Serangan ini menyoroti kompleksitas situasi di Suriah, di mana berbagai faksi bersaing untuk kekuasaan dan pengaruh. Dengan keberadaan militer AS di wilayah tersebut, risiko serangan dan bentrokan terus mengintai. Upaya diplomatik dan koordinasi militer yang ketat diperlukan untuk mengurangi ketegangan dan memastikan stabilitas di kawasan yang dilanda konflik ini.